Rabu, 21 Desember 2016

Teori Berpikir



Berpikir dan Bernalar
Dalam pemakain sehari-sehari  kata “berpikir” sering disamakan dengan bernalar atau berpikir secara diskursif atau kalkulatif. Kecenderungan in menjadi sangat besar dengan semakin dominannya rasionalitas ilmiah-teknologis atau rasionalitas instrumental. Akan tetapi emnurut Sudarminata, sesungguhnya berpikir lebih luas daripada bernalar. (Basisi 05-06, 2000: 54). Seperti dikemukakan oleh Habermas, selain rasionalitas ilmiah teknologis, masih ada rasionalitas tindakan komunikatif. Dalam penalaran model rasionalitas yang pertama, pikiran menyibukkan diri dari penemuan sarana yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Benar salah dalam konteks in dilihat darisukses-gagalnya apa yang dipikirkan, dioperasionalisasikan secara teknologis. Adapun penalaran model rasionalitas yang kedua, adalah arahnya saling memahami.
Menurut Sudarminata, bernalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari presmis-premis sebelumnya yang sudah diketahui. Bernalar dapat mengambil bentuk induktif, deduktif, ataupun abduktif, penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum (universal) dari rangkaian peristiwa yang bersifat khusus (partikular). Sebaliknya penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pernyataan yang berlaku umum. Adapun penalaran abduktif (suatu istilah yang diperkenalkan oleh Charles  S. Pierce) adalah penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelsi antara dua atu lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui. Sebagi contoh, kita semua mengetahui bahwa pohon semangak dikebun kita adalah semangka non-biji; sewaktu makan sioang kita mendapatkan semangka non-biji. Mungkin semangka yang disediakan di rumah makan tersebut adalah semangka dari kebun kita.
Kegiatan bernalar merupakan aspek yang sangat penting dalam berpikir. Akan tetapi, menyamakan berpikir dan bernalar, seperti yang dikatakan Sudarminta, adalah sebuah penyempitan konsep berpikir. Penalaran adalah kegiatan berpikir seturut asas kelurusan berpikir atau sesuai dengan hukum logika. Penalaran sebagai kegiatan berpikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan yang ditarik atau pengetahuan yang diihasilkan pasti benar walaupun penalarannya betul atau sesuai dengan asas-asas logika, kesimpulan yang ditarik bisa salah jika premis-premis yang mendasari penarikan kesimpulan itu ada yang salah. Dalam menalar memang belum ada benar-salah. Yanga da adalah betul-keliru, sahih atau tidak sahih. Tolak ukur penilaiannya adalh asas-asas logika atau hukum penalaran.


Daftar Pustaka: Sobur, Alex, 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar