Selasa, 20 Desember 2016

Guru Sebagai Model



Guru Sebagai Model
Guru-guru tak semua sama, bahkan berbeda-berbeda pribadinya. Mereka pula berasal dari lingkungan sosial yang berlainan. Alasan mereka memilih pekerjaan sebagai guru berbeda-beda, ada yang sungguh-sungguh sebagai panggilan untuk mengabdikan diri kepada pendidikan anak, ada pula yang mencari lapangan kerja yang menjamin hidupnya atau yang mencari kedudukan yang berkuasa atas anak-anak sebagai konpensasi atas rasa inferioritas yang ada pada didirnya. Guru-guru yang berasal dari golongan rendah dan sebagai guru yang merasa dirinya meningkat ke golongan menengah sambil mempelajari norma-norma golongan itu selama pendidikannya dan dalam jabatannya. Namun ia masih sering memperlihatkan kelakuan yang berasal dari golongan semula. Melalui interaksi yang banyak dengan golongan menengah dan atasan, berkat pendidikan dan pengalaman tiap guru dapat menyesuaikan diri dengan kehdiupan modern dalam masyarakat gesellschaft untuk memperoleh pandangan yang luas.
Guru yang terikat pada pandangan golongan asalnya akan lebih picik pandangannya. Kepicikan itu keterbatasan pandangan guru diperkuat oleh tuntutan masyarakat gemeinschaft kelakuan guru. Selain itu nguru-guru di desa atau di kota kecil berasal dari daerah itu sendiri dan sejak kecil telah terdidik menurut norma-norma dari lingkungan itu. Di sekolah di kota terdapat variasi yang lebih besar tentang kesukuan dan daerah asal guru. Ada kecenderunag kedudukan guru makin banyak ditempati oleh kaum wanita, khususnya di sekolah dasar dan juga sekolah menengah. Dapat kita katakana bahwa guru-guru menunjukkan heterogenitas, dan mereka semua diharapkan menjadi guru yang “baik” dimanapun mereka mengajar dan dapat menjadi model atau teladan bagi anak-didiknya. Harapan orangtua tentang guru tidak selalu sepadan dengan pandangan serta ucapan mereka tentang guru. Dalam dunia yang kian materialistis in guru tidak menduduki tempat yang tinggi dalam penilaian masayarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar