Rabu, 28 September 2016

Sekolah Sadar



Belakangan ini peserta didik banyak yang melupakan tujuannya pergi ke sekolah. Mereka hanya menjalankan kewajibannya saja yaitu “pergi sekolah”.  Mereka hanya menjalankan apa yang diperinahkan oleh orangtuanya saja tanpa memikirkan apa tujuan dia berangkat sekolah? Apa yang didapat di sekolah? Itu bukan menjadi hal yang penting bagi peserta didik. Namun niat tersebutlah yang menunjukkan hal dari peserta didik itu bersekolah / berpendidikan.
            Tuntutan bagi peserta didik agar mereka menyadari bahwa mereka sedang melakukan proses belajar sangat penting untuk dapat melihat potensi sebenarnya dari peserta didik itu sendiri. Tidak akan terlihat kemampuan peserta didik jika mereka dalam proses belajarnyapun tidak serius atau dapat dikatakan ‘tidak sadar’ jika mereka sedang melakukan proses belajar. Hal itun akan menimbulkan tidak sempurnanya proses transformasi materi atau nilai-nilai yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik.
            Ketidak sadaran peserta didik adalah masalah yang pentiing karena sadar tidaknya peserta didik dalam proses belajar adalah menentukan baghaimana si peserta didik kedepannya. Guru harus mampu membangun kesadaran para peserta didik agar dapat berperan penting dalam proses belajar di kelas. Peserta didik harus mampu mengutarakan pendapatnya dalam setiap materi pembelajaran. Setidaknya mereka dapat memahami secara garis besdar tentang materi yang dipelajari saat itu. Hal tersebut akan menimbulkan kesadarasn peserta didik dalam proses belajar di kelas. Jika dalam kelas peserta didk sadar akan peranya di dalam kelas. Maka akan tercipta suasana belajar yang nyaman, tentram, efektif, dan efisien. Serta akan dapat tercapai tujuan-tujuan dari pembelajaran tersebut.

Tujuan Teknologi Pendidikan



Jika kita telusuri secara mendalam, maka dapat di simpulkan bahwa tujuan teknologi pendidikan secara umum adalah: untuk memecahkan masalah belajar dan untuk meningkatkan kinerja pembelajaran. Berikut penjelasannya:
1. Untuk memecahkan masalah belajar
Selama ini belajar adalah sebuah masalah bagi guru dan murid. Banyak murid yang tidak bisa konsentrasi dalam belajar, sehingga ilmu yang di sampaikan oleh guru tidak dapat dicerna leh murid. Belum lagi di tambah dengan kondisi ruangan yang tidak rapi penataannya. Di lain sisi, ada guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar. Sehingga ilmu pengetahuan yang ada pada guru tidak bisa tersampaikan dengan baik kepada murid.Dari problem diatas, maka di harapkan dengan adanya teknologi pendidikan bisa menjawab masalah tersebut.
2. Untuk meningkatkan kinerja pembelajaran.
Guru mengajar dengan menggunakan kapur memang masih bisa memberikan pemahaman kepada murid. Tapi jika di bandingkan guru menerangkan dengan LCD Proyektor, mana yang lebih efektif? Tentu dengan  teknologi LCD Proyektor. Sebab akan banyak pesan multimedia dan visual yang memberikan ilmu pengetahuan dan mudah di cerna oleh murid. Seperti contoh: Guru mengajar tentang proses terjadinya hujan, maka dengan di perlihatkan video proses terjadinya hujan, murid akan cepat nangkap ilmu pengetahuan tersebut.
Hal tersebut yang bisa dijadikan sebagai maksud tujuan teknologi pendidikan sebagai meningkatkan kinerja pembelajaran. Dan mungkin dalam aspek lain masih banyak lagi.

“Pengembangan Pendidikan IPS di Masyarakat”



Seiring dengan perkembangan zaman, dimana globalisasi sudah mendunia dan menyeluruh ke berbagai negara termasuk di Indonesia. Globaisasi menjadikan banyaknya ilmu-ilmu baru dan inovasi-inovasi baru dari berbagai bidang, misalnya ekonomi teknologi, maupun bidang-bidang sosial. Pendidikan ips yang selama in terkesan jalan ditempat, masih belum mendapatkan posisi yang membanggakan di tengan arus globalisasi. Dengan adanya keadaan tersebut, sudah sepatutnya pendidikan ips menciptakan inovasi yang memungkinkan terjadinya perubahan yang signifikan terhadap masyarakat.
Menurut Somantri (2001:134) ips harus mampu mengembangkan dan mempelopori pembaharuan dalam ips, karena dalam perkembangannya pips yang berpotensi untuk mengembangkan diri kea rah peningkatan mutu lewat berbagai pembaharuannya. Melihat perkembangan dunia yang terus maju tanpa kendali, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar pendidikan ips tetap eksis dan mempunyai kedudukan tinggi bagi umat manusia.
1.      Pembaharuan kurikulum pendidikan ips hendaknya bukan sekedar tambal sulam, tetapi lebih bersifat interdisipliner dan berorientasi pada functional knowledge serta spirasi kebudayaan Indonesia dan nilai-nilai agama.
2.      Pengajar harus mampu menyajikan pembelajaran/pengajaran yang bersifat interdisiplin, berperan sebagai fasilitator pembelajar, dan menjadi problem solver baik di kampus, di sekolah, atau di tengah-tengah masyarakat. Pengajar harus mampu memahami kebutuhan dasar lingkungannya, sehingga pengajaran pendidikan ips tidak bersifat kering.
3.      Membangun hubungan secara sinergisantara LPTK, praktisi pendidikan, sekolah, pembuat kebijakan pendidikan, serta berbagai elemen environment guna melakukan sharing untuk menyusun kurikulum yang integrative dan responsive terhadap permasalahan-permasalahan ril, baik local, regional, nasional, maupun internasional. Kurikulum pendidikan ips harus bersifat fleksibel, artinya senantiasa bisa diubah, perubahan berjalan secara kontinu supaya tidak ketinggalan zaman.
4.      Kurikulum p ips mampu membuat estimasi kehidupan yang akan berlangsung 30-50 tahun yang akan datang. Konsikuensinya, kurikulumm harus mampu mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan yang akan datang.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan ips mempunyai peran penting dalam pembangunan masyarakat maupun peserta didik agar menjadi manusia yang kreatif, mampu berpikir kritis, sehingga dapat memecahkan masalah yang sudah terjadi dan kemungkinan akan terjadi dalam lingkungannya serta dapat menjadi warga negara yang baik bagi bangsanya dan menjadi warga yang bermoral. Adapum hubungannya dengan arus globalisasi, pendidikan ips diperlukan sebagai penopang identitas nasional, maupun problem solver masalah-masalah lokal, regional, nasional, dan global. Dengan tujuan agar identitas nasional bangsa Indonesia tetap terjaga dan tetap melekat pada jiwa anak-anak banhgsa, sehingga mampu mengangkat nama bangsa Indonesia ke dunia internasional.
Ips merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan mnusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang, diantaranya (somantri, 2001, hal. 183):
1.      Mengembangkan pengetahuan kesosiologian, keheografian, keekonomian, dan kesejarahan.
2.      Mengembangkan kemampuan berpikir, inquiei, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial.
3.      Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4.      Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama dalam masyarakat di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pengembangan mengandung arti bahwa penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar selain merupakan perwujudan pendidikan yang adil dan merata juga harus mempertimbangkan keragaman peserta didik baik dalam aspek kemampuan, pola hidup, maupun lingkungan sosial budaya, dimana mereka tinggal. Pengembangan relevansi pendidikan dengan harapan agar hsil pendidikan sesuai dengan kebutuan dalam arti dapat memberi dampak bagi pemenuhan kebutuhan peserta didik, baik ekbutuhan kerja, kehidupan di masyarakat, dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
           Pengembangan masyarakat memiliki focus terhadap upaya menolong masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan melakukan kegiatan bersama untuk memnuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan masyarakat local adalah yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi msyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri.
           Adapun pengembangan PIPS di masyarakat menurut Sapriya (2009:176)  adalah salah satunya dengan pengembangan partisipasi sosial, dimana topik utama dari pengembangan partisipasi sosial yakni pengmabangan kepekaan sosial dan menerapkan strategi pengembangan partisipasi sosial.
1.      Pengembangan kepekaan sosial
Kepekaan berarti mudah merasa atau mudah terangsang, atau kondisi seseorang yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan. Apabila dikaitkan dengan kondisi sosial maka istilahnya menjadi kepekaan sosial. Ialah kondisi dimana seseorang yang mudah bereaksi terhadap masalah-masalahyang ada di lingkungan  sosial/kemasyarakatan. Dalam hal in kepekaan soisal berarti rasa peduli atau simpati antar masyarakat dimana msyarakat satu dengan lainnya salaing memperhatikan sehingga nanti akan timbul kesadaran dari masyarakat ataupun peserta didik jika dalam ruang lingkup pendidikan.
2.      Pengembangan partisipasi soisal
Pengembangan partisipsi sosial sejalan dengan tujuan IPS bahwa aspek yang cukup penting yang perlu diterapkan kepada peserta didik adalah bagaimana agar mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Partisipasi peserta didik in dipancing dengan adanya suatu kegiatan yang memungkinkan para peserta didik tertarik dengan kegiatan tersebut sehingga akan mendorong partisipasi mereka dalam kegiatan tersebut, dalam hal ini pendidik berperan penting dalam proses pembimbingan peserta didik..
Jika dalam masyarakat partisipasi sosial biasanya terjadi karena adanya suatu kegiatan yang menguntungkan atau bermanfaat bagi masing-masing masyarakat sehingga mereka tergerak untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Dalam hal ini upaya seorang tokoh misalnya ketua pelaksana kegiatan atau dalam lingkup kecil RT misalnya cukup penting untuk memancing kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi.

Pendidikan Multikulturalisme


                  Paulo Freire pakar pendidikan pembebasan (1989), bahwa pendidikan bukan ‘menara ganding’ yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya. Menurutnya, pendidikan harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang terdidik dan berpendidikan, bukan masyarakat yang hanya menggunakan prestise sosial sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran yang dialaminya. Dengan pendidikan multicultural peserta didik mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati serta toleransi kepada sesama tanpa memandang golongan, status, gender, dan kemampuan akademis (Farida Hanum, 2005).
Pendidikan multikulturalisme adalah proses ppenanaman cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah masyarakat yang pliral. Dengan pendidikan multikulturalisme diharapkan adanya kelentural mental bangasa dalam menghadapi benturan konflik sosial, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak.
Pendidikan multikulturalisme yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajran yang dirancang untuk budaya dari ras yang berbeda dalam sistem pendidikan. Pendekatan ini untuk mrngajar dan belajar diddasarkan pada pembangunan konsesnsus, menghormati dan mendorong pluralism budaya dalam masyarakat ras. Pendidikan multicultural mengakui dan menggabungkan keistimewaan ras positif ke dalam amosfer kelas. Sebenarnya pendidikan multikulturalisme merupakan fenomena yang relative barudi ndalam dunia pendidikan. Alhasil, dapat dikatakan sampai saat ini, bahwa wawasan multikulturalisme di Indonesia masih rendah. Sehingga sering terjadi konflik dan benturan tentang ras karena kurangnya pemahaman multikulturalisme.
                  Tujuan utama pendidikan multicultural adalah mengubah pendekatan pelajaran dan pembelajaran kea rah memberikan peluang yang sama. pada setiap anak. Jadi, tidak ada yang dikorbankan tanpa persatuan. Untuk itu, kelompok-kelompok harus damai, saling memahami, mengakhiri perbedaan, tetapi tetap menekankan pada tujuan umum untuk mencapai persatuan. Siswa ditanamkan pemikiran lateral, keanekaragaman dan keunikan itu dihargai. Hal itu berarti harus ada perubahan sikap, perilalu, dan nilai-nilai, khususnya civitas akademik sekolah. Ketika siswa berada diantara sesamanya yang berlatar belakang berbeda, mereka harus belajar satu sama lain, berinteraksi dan berkomunikasi sehingga dapat menerima perbedaan diantara mereka sebagai sesuatu yang memperkaya mereka.

Daftar Pustaka:


Senin, 26 September 2016

Vitalisme (Esensi manusia dalam aliran filsafat)



Vitalisme adalah paham dalam filsafat yang beranggapan bahwa kenyataan sejati pada dasarnya adalah energi, daya, kekuatan atau nafsu yang bersifat irasional atau tidak rasional. Vitalisme sangat berbeda dengan idealisme dan materialisme. Idealisme memandang kenyataan bersifat spiritual dan rasional, dan materialisme memandang kenyataan bersifat fisik (material). Vitalisme percaya bahwa sejumlah aktivitas atau perilaku manusia pada dasarnya merupakan perwujudan dari energi-energi atau kekuatan-kekuatan yang tidak rasonal atau instigatif (liar). Setiap keputusan manusia yang bersifat rasional, tetapi sesungguhnya dilandasi oleh keputusan-keputusan yang irasional. Hewan dan manusia, melalui kehendaknya yang tidak rasional dan liar, justru lebih bisa mempertahankan hidupnya daripada menggunakan pikiran yang rasional. Dalam banyak kasus dan kejadian, pikran-pikran rasional tunduk atau menjadi alat untuk kehendak yang tidak rasional.



Daftar pusataka: Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia (Memahami Manusia Melalui Filsafat). Bandung: Rosdakarya.