Senin, 21 November 2016

Kehendak Sebagai Kejahatan



Jika dunia merupakan kehendak, maka dunia adalah dunia penderitaan. Alasannya, kehendak mengisyaratkan keinginan, dan apa yang diinginkan selalu lebih besar dan lebih banyak  daripada apa yang diperoleh. Keinginan selalu tak berhingga, sedangkan pemenuhannya selalu terbatas: “seperti sedekah yang diberikan kepada seorang pengemis, agar ia bisa bertahan hidup hari ini, dan melanjutkan penderitaannya esok hari… sepanjang kesadaran kita penuh denghan kehendak, sepanjang kita terperangkapp oleh keinginan-keinginan kita, sepanjang kita tunduk pada kehendak kita, maka kita tidak akan pernah mempunyai kebahagiaan atau kedamaian abadi.”
Pemenuhan tidak pernah memuaskan. “ Nafsu-nafsu yang terlampiaskan lebih sering membawa ketidakbahagiaan daripada kebahagiaan. … Tuntutan nafsu sering  bertentangan dengan kesejahteraan priadi kita, sehingga tuntutan-tuntutan tersebut justru membuat pribadi kita lemah. “ setiap individu menanggung kontradiksi yang merusak dirinya; keinginan yang terpenuhi menciptakan atau mengembangkan keiinginan baru yang lebih besar, kemudian dengan demikian seterusnya tanpa ada batas.
Hidup adalah kejahatan, karena segera setelah keinginan dan penderitaan hilang dari manusia, maka kebosanan menggantikan tempat keinginan dan penderitaan. Jadi lebih menderita lagi. Dengan demikian “ hidup berayun seperti mendulum, bergoyang kesana kemari diantara rasa sakit dan rasa bosan. Setelah manusia berhasl mengubah segenap rasa sakit dan penderitaan ke dalam konsepsi tentang neraka, maka tidak ada yang tersisa untuk surge selain kebosanan.”…


Daftar Pustaka: Abidin, Zainal. 2014. Filsafat Manusia (Memahami Manusia Melalui Flsafat). Bandung: Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar